Jakarta, majalahspektrum.com – ENTAH apa tujuan atau motif dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja memvonis pasien yang diyakini menderita sakit lain tapi divonis sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Corona atau COVID-19.
Seorang warga di Kelurahan Rawa Badak Selatan, RT. 014/04, Hurmaida Aritonang yang dikenal oleh warga di tempat tinggalnya lama menderita sakit komplikasi; asma, diabetes dan jantung pada, Sabtu (4 April 2020) sore dilarikan ke RSUD Koja oleh anak dan tetangganya karena sesak nafas. Tida di RSUD Koja, pasien langsung dibawa ke lantai 4 tempat isolasi PDP Corona dan oleh pihak RS dinyatakan positif Corona.
Mendengar keterangan tersebut, anak pasien, Ucok lantas dites kesehatannya dengan Rapid Test dan dinyatakan negative corona. Tak terima ibunya divonis corona, Ucok menceritakan ke pihak medis yang menangani ibunya bahwa ia paham betul penyakit yang diderita ibunya sejak lama.
“Saya bilang saya tahu persis riwayat penyakit ibu saya dok, saya yakin bukan covid-19,” katanya kepada majalahspektrum.com Senin (6/4/2020) malam.
Kurang dari 48 jam, dirawat, pasien Hurmaida meninggal dunia. Pihak keluarga meminta jenazah dibawa ke rumah karena yakin bukan penderita corona, namun oleh pihak RS ditolak.
“Pihak RSUD Koja bilang ibu saya tidak bias dibawa ke rumah, akan dikuburkan dengan cara Protap Corona,” kata Ucok.
Kabar bahwa ibunya divonis corona oleh RSUD Koja sudah menyebar luas. Masyarakat mulai cemas dan khawatir. Uniknya, tidak ada isolasi atau karantina terhadap pihak keluarga dan juga wilayah tempat tinggal. Jenazah pun dikubur oleh pihak RSUD Koja dengan Protap Corona dan dimakamkan di Cengkareng, jauh dari tenpat tinggal keluarga pasien.
Menanggapi peristiwa tersebut, seorang warga sekitar, Juni Roganda merasa heran. Dia menilai ada sesuatu yang tidak beres terhadap RSUD Koja. Juni menilai RSUD Koja telah mempermainkan warga demi suatu kepentingan.
“Ini apa maksudnya ya??. Kok main vonis corona, padahal yang saya tahu almarhumah itu di rumah terus, sudah lama sakit diabetes dan jantung, jangankan pergi ke luar rumah, jalansaja sudah tidak bias, matanya pun sudah agak buta karena diabetes tinggi,” katanya kepada majalahspektrum.com, Senin (6/4/2020) sore.
Menurut Juni, kalaupun divonis corona, kenapa anak-anaknya tidak diisolasi, begitu pun satu wilayah tempat tinggal almarhumah.
“Ini kan janggal banget, informasi yang saya dengan dokter bilang almarhumah negative corona tetapi kok dikubur ala protap corona, ini ada apa??. Kasus kayak gini sudah banyak saya dengar, sekarang ini warga takut sakit datang berobat ke Rumah Sakit milik pemprov DKI Jakarta karena takut divonis corona,” ungkapnya.
“Lagipula, yang saya tahu untuk memastikan seseorang positif corona perlu waktu paling cepat 3 hari, ini kan belum sampai 1 hari sudah divonis corona, aneh,” sambungnya.
Baca Juga : ( Hidden Agenda, Rekayasa Korban Corona Hingga Desakan Lockdown )
Penasaran akan hal itu, majalahspektrum lantas mencari surat rekam medik pasien Hurmaida. Didapat dari Ketua RT 014, dalam surat medic tersebut almarhumah meninggal karena PDP Covid-19 dan divonis berpenyakit menular.
“Saya juga ngak yakin almarhumah corona tetapi kok di surat ini dibilang covid-19?. Harusnya kan sudah ada tindakan isolasi terhadap keluarga dan gang-an (wilayah sekitar rumah tinggal almarhumah) ini,” ujar Misna, Ketua RT.014.
Diketahui, dalam surat rekam medik yang ditanda tangani dr, Irfan Ferdinan dari RSUD Koja diketahui, Hurmaida Aritonang setelah dirawat pada Sabtu (4/4/2020) malam di ruang isolasi PDP Covid-19 meninggal dunia pada 5 April 2020 dengan vonis PDP COVID-19 dan kategori penyakit menular.
Keyakinan serupa diungkapkan Ariyanto, warga lainnya di sekitar tempat tinggal almarhumah. Dia berkeyakinan almarhumah bukan penderita Covid-19.
“Kalau satu kampung ini di karantina, saya akan usut dan tuntut RSUD Koja ke jalur hukum karena telah memberikan rekam medis palsu. Kasihan keluarga korban dan almarhumah. Sudah meninggal masih difitnah dan dikubur secara tidak layaknya,” ketus Ariyanto, Kamis (9/4/2020).
Hingga berita ini diturunkan, anak-anak almarhumah dalam kondisi sehat dan negative corona. Mereka dan wilayah tempat tinggalnya pun tidak diberlakukan isolasi atau karantina local. (ARP)
Be the first to comment