MPK Bicara Quo Vadis Pendidikan Kristen di SR 18 PGI Toraja

Toraja, Sulsel, majalahspektrum.com – KETUA Majelis Pendidikan Kristen (MPK) Indonesia, Handi Irawan, M.BA, M.Com mengatakan, kualitas siswa di sekolah kristen ditentukan oleh sekolah dan guru yang berkualitas. Guru berkualitas harus ditunjang dengan penghasilan (gaji) yang baik. Salah satu cara agar guru di sekolah kristen mendapatkan penghasilan yang baik dengan mematok SPP atau iuran sekolah siswa yang sepadan.

“Orangtua siswa tidak akan merasa SPP mahal jika kualitas sekolah bagus. Sebaliknya, orangtua siswa tidak bisa menuntut kualitas baik sekolah jika SPP murah,” kata Handi pada diskusi kelompok bertajuk ‘Quo Vadis Pendidikan Kristen’ di Sidang Raya PGI, Kampus II UKI, Toraja, Sulsel, Senin (11/11/2024).

Handi menjelaskan, sejauh ini MPK telah berupaya maksimal guna membantu sekolah-sekolah kristen yang membutuhkan bantuan, khususnya sekolah kristen 3T (Terpuruk, Tertinggal, Terlupakan).

“Dari pertemuan kita (MPK) dengan Menteri Pendidikan, saat ini kita dipercaya untuk merekrut guru-guru sekolah kristen untuk mengikuti PPG,” ungkap Handi.

Baca Juga : ( Kemendikbud Hingga ACSI Internasional USA Percayai MPK Lakukan Sertifikasi Guru Sekolah Kristen )

Terkait persoalan Guru Sekolah Kristen yang mengikuti program P3K, dimana setelah lulus P3K diangkat menjadi ASN, dimana sesuai dengan UU ASN, mereka yang lulus P3K ditarik untuk menjadi Guru Sekolah Negeri, akibatnya Sekolah kristen mengalami kekurangan guru, MPK telah mengajukannya ke Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen).

“Masalah seperti itu banyak terjadi di Halmahera, Nusa Tenggara Timur, Tanah Papua dan wilayah lainnya. Untuk itu MPK telah mengusulkan Mendikdasmen membuat Peraturan Menteri yang memuat tentang Guru swasta yang sudah lulus P3K tetap mengajar di sekolah asalnya. Usul kita disambut baik Menteri, dan mereka akan berkoordinasi dengan Kementerian PAN RB. Atau paling tidak pemerintah daerah memperbolehkan Guru lulusan P3K dipinjamkan untuk mengajar di sekolah Kristen,” tutur Handi.

Bukan cuman itu, MPK juka telah mengajukan perimbangan alokasi Dana BOS ke Mendikdasmen. Namun Handi mengimbau agar sekolah-sekolah kristen jangan mengharapkan atau mengandalkan dana BOS. Karena faktanya, sekolah-sekolah kristen Unggul yang berkualitas menolak dana BOS.

“Sekolah seperti PENABUR, IPEKA dan lainnya menolak dana bantuan pemerintas atau BOS. Kepada Mendikdasmen memang saya ajukan untuk pemerintah membantu sekolah-sekolah kristen melalui dana BOS, namun kepada kalian (Sekolah kristen) untuk berjuang saja, taft, pasti mampu,” saran Handi.

Handi berharap sekolah-sekolah kristen tidak bermental “pengemis”, meminta-minta bantuan, mengharapkan dan mengandalkan bantuan tanpa disertai kualitas pendidikan. Karena faktanya orangtua murid bersedia membayaw lebih mahal biaya sekolah jika sekolah itu berkualitas.

“Fokus saja pada peningkatan kualitas sekolah dengan merekrut guru-guru yang berkualitas,” imbaunya.

Setelah Handi memaparkan presentasinya, Moderator membuka ruang tanya-jawab. Banyak sekali peserta diskusi yang ingin mengajukan pertanyaan, namun karena waktu yang terbatas, moderator hanya memberikan kesempatan kepada 5 orang penanya yang ditunjuk.

Baca Juga : ( Mendikdasmen Sambut Baik Pandangan dan Masukan MPK Soal Masalah Pendidikan di Indonesia )

Ada pertanyaan dari salah satu peserta yang mempersoalkan belum adanya bantuan dari MPK kepada sekolah-sekolah di tempatnya, padahal dia telah mengajukannya di setiap acara MPK yang selalu diikutinya.

Terkait pertanyaan peserta diskusi tersebut, Handi menjelaskan, bahwa saat ini kemampuan MPK masih terbatas. MPK memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah prioritas yang paling urgent dibantu. Namun demikian, MPK telah membuka ruang adanya kolaborasi dengan sekolah-sekolah kristen yang sudah mampu dan berkualitas baik untuk membantu sekolah-sekolah kristen yang kurang mampu.

“Kekhawatiran sekolah-sekolah yang dibantu sekolah mapan akan ditake over, dikuasai asetnya itu tidak benar. Itu namanya Merger, win-win solution, daripada anda tetap bertahan namun akhirnya tutup atau tetap tidak berkualitas, seadanya? Itu kurang baik juga,” tukas Handi. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan