Irwan “Bos Sidomuncul” Hidayat: “Perusahaan Milik Tuhan Saya Hanya Pekerja”

Jakarta, majalahspektrum.com – DALAM berbagai kesempatan Irwan Hidayat, mengatakan bahwa Perusahaan Jamu Sidomuncul adalah milik Tuhan, dan dia hanya bekerja sungguh-sungguh agar perusahaan ini menjadi berkat bagi sesama. Itulah sebabnya Irwan mempersembahkan sebagian keuntungan perusahaan untuk macam-macam karya sosial.

Pengalamannya sakit-sakitan saat masih kecil sehingga tinggal bersama neneknya, bahkan ikut serta ke mana sang nenek pergi, bagi Irwan merupakan bagian dari rencana Tuhan yang kemudian nyata dalam Sidomuncul.

Yang unik dari Irwan, karya sosial yang dia lakukan bisa menjadi penawar rasa stress atau depresi yang acap menghinggapinya.

Atas prestasi dan pengalaman hidupnya yang inspiratif tersebut, Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) menganugerahinya penghargaan sebagai “Tokoh Pengusaha Herbal”. Penghargaan tersebut diberikan pada acara puncak Perayaan HUT Ke-17 PERWAMKI di Hotel Aston, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (10/11/2020) malam.

Karena menyadari semuanya sebagai rencana Tuhan, Irwan Hidayat selalu berusaha mengangkat hati untuk bersyukur kepada Tuhan melalui lidah dan karyanya. “Bagi saya, perusahaan ini harus menguntungkan secara bisnis sehingga bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Karena itu saya perlu kerja keras dan melakukan kerja-kerja kreatif,” ujarnya singkat.

Dia mengaku tidak pintar, bahkan pernah diturunkan dari kelas V SD. Dia pun malas belajar, sehingga hanya tamat SMA, bahkan lima kali pindah SMA dalam 3 tahun masa sekolah. Setamat SMA, dia sempat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Semarang, namun hanya bertahan  satu bulan, lalu pindah ke Universitas Tri Sakti dan hanya bertahan tiga bulan.

Dengak sekolah dan kuliah yang tidak jelas, Irwan tentu saja tidak memiliki keahlian apa pun. Mau bekerja di perusahaan orang, tidak mungkin. Dia pun hanya bisa bekerja di Sidomuncul. “Sampai hari ini, saya nggak pernah kerja sama orang,” ujarnya tersenyum.

Karena merasa bahwa perusahaannya adalah milik Tuhan, Irwan mempersembahkan sebagian keuntungan perusahaan untuk macam-macam karya sosial. Yang seringkali terekspose adalah mudik gratis jamu gendong. Meski sebutannya jamu gendong, namun semua yang menjual jamu Sidomuncul ikut mudik gratis.

Selain itu, sejumlah bantuan ia salurkan baik melalui lembaga gereja, LSM, NU dan berbagai pihak lainnya. Untuk membantu Pemerintah menghadapi Covid-19 misalnya, Irwan menyiapkan dana sebesar Rp15.5 M dan sudah disalurkan dalam berbagai bentuk ke seluruh Indonesia. Juga melalui kerjasama dengan berbagai pihak.

Namun demikian ia akui, dia dalam karya-karya yang bersifat sebagai karya sosial itu sebenarnya ada socio marketing yang agar perusahaan tetap eksis dan bermanfaat bagi banyak orang. “Benar! Kalau saya flash back, ya ini jalan Tuhan saja. Saya melakukan banyak hal itu karena saya mengalami banyak hal dalam hidup ini,” ujar Irwan dengan suara datar.

Irwan selalu memikirkan cara-cara kreatif untuk melakukan sesuatu yang menenteramkan hatinya, namun berguna atau bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang. Dia pun mencari ide yang aneh-aneh seperti tampak dalam iklan-iklan yang dia buat seputar membangun pariwisata mulai dari Irian lalu ke Sumba, Maluku, Labuan Bajo, Toba, Nias dan lain-lain.

“Kenapa dari Irian, sebab matahari terbit dari timur. Gampang saja, namanya juga mau menenteramkan hati. Saya berpikir untuk melakukan keseimbangan. Kita ini tidak seimbang antara barat dan timur,” katanya serius.

Untuk karya-karya tersebut, dia harus rela merogoh koceknya dalam-dalam, namun bersamaan dengan itu bendera Sidomunculnya berkibar-kibar. Bayangkan, untuk mengiklankan Labuan Bajo misalnya, ia menghabiskan dana Rp65 Miliar. Melalui iklannya itu, selain perusahaannya makin dikenal banyak orang, dia sangat bergembira sebab dengan upayanya mengiklankan itu, perekonomian masyarakat sekitar meningkat yang ditandai dengan meningkat jumlah wisatawan yang datang, hampir 20 kali.

Sebenarnya, menurut aturan, perusahaan cukup mengeluarkan 2 persen dari keuntungan perusahaan sebagai dana CSR.

“Tapi mau buat apa dengan dana sebesar itu. Agar perusahaan saya juga eksis sembari melakukan hal-hal yang menguntungkan banyak orang dan membangun negeri, saya keluarkan dana lebih,” tambah Irwan lagi. “Sejak semula, saya rasa ini menyenangkan hati saya, lama-lama tambah menyenangkan, jadi dilakukan terus, toh menyenangkan. Saya ini berbisnis sembari berbuat sesuatu untuk orang lain,” tandasnya. (ARP)

 

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan